Advertisemen
Dalam salah satu mutiara hikam Ibnu Athoillah As-Sakandari, yakni sarah al hikam ke 158 berbunyi
"Apabila engkau ketika diberi merasa gembira karena pemberian, dan jika ditolak merasa sedih karena penolakan, maka ketahuilah yang demikian itu sebagai tanda masih adanya sifat sifat kekanak - kanakan padamu, dan belum bersungguh - sungguh dalam sifat kehambaanmu kepada Allah"
Guru Jaelani, dalam majelis bulanan Pesantren Syekh Arsyad Al Banjari menjabarkan hikmah dari untaian tersebut. Jika kita mendapatkan sebuah pemberian, atau sedang mendapatkan kelapangan rizky, janganlah terlalu berlebih-lebihan dalam kegembiraan. Dan jika kita mengalami penolakan, atau kesempitan, janganlah berlebih-lebihan dalam kesedihan.
Guru Jaelani mengingatkan, sesungguhnya pemberian itu hanyalah dari Allah. Kita berhasil karena Allah yang memberi dan sejatinya hanya menitipkan. Maka jangan terlalu berbangga diri, lalu bersuka cita berlebihan.
Begitu juga jika kita mengalami kesempitan, bisa saja bersabar didalam kesempitan itu lebih bernilai di mata Allah daripada beribadah di masa lapang. Karena kesabaran dalam kesempitan adalah sebuah nilai tambah bagi seorang Hamba.
*****
Guru Jaelani, dalam majelis bulanan Pesantren Syekh Arsyad Al Banjari menjabarkan hikmah dari untaian tersebut. Jika kita mendapatkan sebuah pemberian, atau sedang mendapatkan kelapangan rizky, janganlah terlalu berlebih-lebihan dalam kegembiraan. Dan jika kita mengalami penolakan, atau kesempitan, janganlah berlebih-lebihan dalam kesedihan.
Guru Jaelani mengingatkan, sesungguhnya pemberian itu hanyalah dari Allah. Kita berhasil karena Allah yang memberi dan sejatinya hanya menitipkan. Maka jangan terlalu berbangga diri, lalu bersuka cita berlebihan.
Begitu juga jika kita mengalami kesempitan, bisa saja bersabar didalam kesempitan itu lebih bernilai di mata Allah daripada beribadah di masa lapang. Karena kesabaran dalam kesempitan adalah sebuah nilai tambah bagi seorang Hamba.
*****
Menyimak pemaparan Guru Jaelani, Saya jadi terdorong untuk menulis sebuah artikel bisnis. Karena inilah salah satu penyebab gagalnya seorang pebisnis.
1. Terlalu Bahagia dan Berbangga ketika berhasil mencapai apa yang direncanakan.
Ketika jualan laku, kita langsung menepuk dada, memuji produk, padahal kita lupa, bahwa diri kita, fikiran kita, hingga tenaga kita, adalah milik Allah subhanahu wata'ala. Kita lupa bahwa semuanya terjadi karena Allah yang ijinkan, karena Allah yang menggerakkan.
Sahabat, siapa yang dapat menggenggam hati customer? Jika memang pelanggan telah membeli produk kita, tidakkah kita sadari, bahwa banyak orang diluar sana juga mampu menghadirkan produk yang sama?
Jika kita berjualan baju, baju itu dari kain, kain itu dari benang, benang itu dari kapas, dan kapas itu ditumbuhkan oleh Allah, tanpa ada ijinNya, tidaklah satu manusia pun mampu menumbuhkan kapas. Walau ada petani kapas, tapi tak ada satupun petani kapas yang dapat menantang Allah untuk menjamin panen bukan?
Belum lagi jika Anda bisnis kuliner, hampir semua apa yang ada diatas piring adalah karunia Allah. Tumbuhan, hewan, garam, dan berbagai hasil bumi. Dapatkah kita berbangga diri?
Kita pun harus menyadari, bahwa bisnis kita bisa berjalan karena adanya rantai kegiatan manusia yang tidak pernah kita fikirkan. Bahkan cenderung kita lupakan.
Saya jual baju, karena ada yang ngantar kain. Kain bisa terhantar, karena ada yang membuat kendaraan. Ada yang membuat kendaraan, karena ada yang menambang minyak bumi. Terus begitu seterusnya, kita tidak berdiri sendirian.
Dari banyaknya contoh-contoh yang telah Saya sampaikan, rasanya tidak boleh ada rasa bangga atau bahagia berlebihan, manakala ada rencana bisnis yang berjalan. Biasa saja. Bersyukurlah dengan sepantasnya, dan teruslah memperbaiki kualitas kerja.
2. Bersedih ketika mengalami penolakan, atau tidak berjalannya rencana.
Bersedih itu melambatkan proses motorik. Dan menurunkan daya kerja otak. Itulah yang pernah Saya baca dan yakini. Silakan coba search di google. Sehingga, sedih yang diatas ambang batas ini berbahaya. Mematikan langkah.
Seorang pebisnis itu gerak utamanya adalah "jualan". Maka, kita pasti akan bertemu dengan penolakan. Tidak semua orang akan bersepakat dengan ide yang kita bawakan. Tidak semua orang berkenan membeli produk kita. Bahkan seringnya mereka memang menolak.
Ketika terjadi penolakan, biasanya kita bersedih, lalu marah pada keadaan, dan lebih jauh daripada itu, kita kemudian memutuskan untuk berhenti jualan.
"Males ah, bingung, ditolak mulu."
Untaian Al Hikam mengajarkan kepada kita, bahwa kehambaan yang benar adalah ketika hati "biasa saja" saat ditolak. Hati sibuk bersangka baik. Hati sibuk menerima. Bahkan hati sibuk beristighfar, mungkin saja penolakan ini terjadi karena dosa-dosa kita.
Sahabat, banyak yang tidak menyadari, bahwa terkadang, penolakan hadir karena Allah ingin menghindarkan kita dengan musibah yang jauh lebih besar. Kita sama sekali tidak pernah mengetahui, apakah klien kita itu orang bener atau bukan. Banyak lho klien yang jadi sumber masalah di kemudian hari.
Marilah bersangka baik atas penolakan yang hadir. Bisa saja proyek ini tidak sesuai dengan kapasitas kita. Bisa saja, jika proyek ini diterima, hidup kita akan jauh lebih bermasalah, bisa saja jika klien ini closing, dia akan menjadi sumber kesulitan kita di masa depan. Coba renungkan kembali.
Jika ditolak, ya sudah. Hati kita biasa saja. Dia tidak tepat untuk kita. Kita pun mungkin tidak tepat untuknya. Santai saja. Jualanlah lagi. Presentasi saja lagi. Gerak lagi. Datangi kembali prospeknya. Beres.
Sejatinya, diri kita ini memilih berhenti bukan karena faktor eksternal, namun lebih pada faktor internal, yaitu hati yang sudah lelah bergerak, hati yang sudah patah, hati yang sudah kecewa, hati yang sudah berputus asa. Maka melesat tidaknya bisnis sebenarnya adalah urusan hati kita.
*****
Semoga kajian Hikam hari ini manfaat. Semoga Allah karuniakan hati yang baik. Sebaik-baiknya hati seorang Hamba. Sebagaimana sebuah hati seharusnya. Hati yang benar menghamba kepadaNya.
Inspirasi dari Rendy Saputra | CEO KeKe Group
Advertisemen