Advertisemen
اَلْحَمْدُ لِلهِ اْلوَاحِدِ اْلأَحَدِ, اَّلذِى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا اَحَدٌ, اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالىَ وَاَشْكُرُهُ, اَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ اِلىَ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ, اَمَّا بَعْدَهْ.
Hadirin rokhimakumulloh,
Di awal kultum ini, mari kita simak sebuah kisah ilustrasi sebagai berikut:
Seorang ayah, baru saja menerima gajian. Ia merencankan untuk membelikan sepatu untuk anak-anaknya besok pagi, hari minggu, mumpung libur.
Masih dengan rasa gembiranya yang meluap, ia pulang sore itu membawa oleh-oleh untuk anak-anaknya. Ia sudah mulai senyam-senyum sendiri membayangkan betapa tiga anaknya akan riang gembira berebut oleh-oleh dari dirinya.
Begitu sampai dirumah. Betul, tiga anak beserta ibunya langsung berebut tas plastik yang dibawa sang ayah. Begitu mereka membuka isi tas plastik:
"Aduuuh cuma gorengan, bosen yah".
"Kayak gak ada jajanan lain aja yah".
"Makan ayah aja sendiri. Kalau ini si beli didepan ada". Ucap mereka bersautan.
Bahkan salah satu dari mereka, kakak yang paling besar, mengumpat sambil membanting sepotong gorengan tersebut.
Bagaimana perasaan Anda jika Anda menjadi seorang ayah itu? Dongkol?. Sebagian dari kita mungkin akan memarahi anak-anak, menegur atau hanya sedikit kecewa pastilah ada di dalam hati bukan?
Kalau sudah begini, pertanyaanya, jadikah besok pagi Ayah tersebut membelikan sepatu untuk anak-anaknya? Pasti pikir ulang lagi.
Kenapa? Bukan soal dongkol atau kecewa. Tapi persoalannya adalah nikmat yang ada tidak disyukuri dulu.
Ilustrasi diatas menggambarkan kebanyakan dari diri kita. Sering sebenarnya Allah mengkaruniakan kepada kita sesuatu. Tapi belum kita bertrimakasih, kita malah menggerutu dengan keadaan sekarang yang ada. alias tidak mensyukuri yang ada.
Akan lain ceritanya, akan berbeda kisahnya bila begitu sampai rumah Sang Ayah yang membawa gorengan itu disambut oleh anak-anaknya dengan penuh trimakasih.
" Makasih Yah, gorengannya"
"Mantep dingin-dingin ada gorengan, cabenya bagi dong"
Hadirin rokhimakumulloh
Kalau begini kejadianya. Jadikah besok pagi beli sepatu? Tentulah jadi. Kenapa? Nikmat yang ada disyukuri dulu. Istilahnya mensyukuri gorengan dapat sepatu. Intinya mensyukuri nikmat yang ada, akan menggundang yang belum ada.
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti akan kami tambah nikmat untukmu. Dan sebaliknya jika kalian mengingkari nikmatKu maka sesungguhnya azabKu (ketidak beruntungan dari Allah untukmu) amat pedih (menyengsarakannmu)"– QS: Ibrahim; 7.
Jadi –dipahami dari ayat diatas- ilustrasinya jika kita diberi 1 oleh Allah kemudian bersyukur maka akan menjadi 2 dan jika kemudian berdoa maka bisa saja menjadi 3 atau lebih. Betul?
Masih -dipahami dari ayat diatas- jika kita diberi 1 oleh Allah tapi tidak bersyukur. Maka bukannya yang 1 itu bertambah. Justru sebaliknya satu-satunya itu akan diambil oleh Allah, bahkan nanti masih dikeruk lagi hingga minus.
Ah mungkin kiranya inilah yang membuat orang yang doanya sudah bersungguh-sungguh tapi hutangnya masih juga melilit. Ia bukan tidak berdoa, tapi belum bersyukur. Ia melewati sebuah tahap yang tahap berikutnya tak akan banyak bermakna tanpa tahap itu, berdoa sebelum bersyukur. Satu pun tak ia peroleh. Minus yang ia dapat.
WaAllohu aalam
Lalu bagaiamana cara mensyukuri nikamat yang ada agar menarik nikmat yang belum ada. istilah lain mengundang rezeki tambahan dengan mensyukuri rezeki yang ada?
ini dia caranya. biar lebih mudah kami contohkan dengan ilustrasi berikut ini:
Sebut saja namanya Jono, ia menghadiahi istrinya kain kerudung. Ia pilihkan yang terbaik dan termahal menurut dompetnya. Ia membayangkan betapa cantiknya sang istri jika mengenakan kerudung tersebut. Begitu sampai dirumah, istrinya tersenyum, menyenangkan dan bilang Alhamdulillah trimakasih padanya.
Hadirin rokhimakumulloh,
dengan berkata: "Alhamdulillah trimakasih suamiku", apakah istri Jono sudah bisa dibilang bersyukur. sudah atau belum?
ternyata; belum. Kenapa? sebab boleh jadi beberapa bulan kemudian Jono sudah melihat kain kerudung tersebut sudah alih fungsi menjadi taplak meja atau malah lap pel. Dan kalau sudah demikian Andaikan Anda jadi Jono maukah lain kali membelikan lagi?
Jadi yang dinamakan bersyukur adalah setelah mengucapkan trimakasih. Sang istri mengenakan kain kerudung tersebut dan menjaganya agar kain itu menjadi hal istimewa yang kapanpun sang suami ingin melihat kecantikan istrinya berkerudung, kain kerudung itu siap untuk dipakai.
Singkatnya bersyukur adalah ada 3 komponen; 1) lisan berkata alhamdulillah terimakasih; 2) hati lega dan 3) menggunakan pemberian sesuai kehendak sang pemberi.
Tangan ini adalah nikmat pemberian Allah, bersyukurnya kita adalah jika tangan ini dapat kita fungsikan sebagaimana harapan sang pemberi. Mungkinkah untuk mencuri? Menyakiti orang lain?
Lisan kita adalah pemberian Allah, bersyukurnya kita atas nikmat lisan, jika lisan ini dapat kita fungsikan sebagaimana kehendak sang pemberi. Tentu bukan untuk berbohong, menyinggung, membentak orang lain. Begitu pula pikirkan: telinga kita sudahkah kita gunakan sebaimna keinginanNya? Hati kita? Kaki kita? Hidung kita? Telinga kita? Pernafasan kita? Otak kita? Ginjal kita? Lambung kita? Kelamin kita? Kening kita? Dan semua tubuh kita, sudah berapa persenkah kita gunakan untuk bersyukur selaras dengan tuntunan Allah?
Dan yang tidak kalah penting adalah nikmat bernama harta. sudahkah kita mensyukuri nikmat harta kita salama ini? tentu tidak cukup dengan hanya mengucapkan alhamdulillah saja. tapi lebih pada menggunakan harta itu sesuai kehendak sang pemberi, Alloh SWT.
Sudah betulkah kita gunakan harta kita untuk benar-benar sebagai bekal ibadah? jika iya, maka pasti makin nikmat, makin berkah dan makin bertambah.
Tapi bila harta kita, lebih banyak kita gunakan untuk kesenangan belaka, gengsi-gensian, pamer-pameran, megah-megahan. kita beli sesuatu bukan bersasaskan kemanfaatan apalagi ibadah, tapi berasaskan kesenangan, foya-foya, pamer, gengsi bahkan untuk kesombongan. Maka siksa Alloh amat pedih. harta itu bisa saja ada, tapi berkahnya dan nikmatnya dicabut oleh Alloh. jadi adanya malah membikin kita makin jauh dari Alloh hingga makin banyak masalah silih berganti.
ingat pesan Alloh: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, hingga kamu masuk ke dalam kubur.“ (At-Takasur 1-2)
lalu bagaimana mensyukuri harta? biar tidak jadi siksa. biar adanya membahagiakan? jawabnya; gunakanlah harta sesuai yang dikehendaki Alloh. apa itu? perhatikan sabda Rasul berikut ini:
"(Jika) hamba Allah berkata, ’Yang mana hartaku, yang mana hartaku,” sesungguhnya baginya tiga macam harta; apa yang dia makan lalu lenyap, apa yang dia pakai lalu lusuh, dan apa yang dia infakkan maka akan tetap tersimpan. Apa saja selain yang disedekahkan, akan lenyap dan meninggalkan manusia.” (HR Muslim)
Hadirin rokhimakumulloh,
Dari hadist ini, jelas sudah bagaimana kita bersikap kepada harta.
Semoga Alloh memampukan kita semmua untuk bisa mengeluarkan zakat dan sedekah. sehingga hidup kita didunaia ini khasanah dan diakhirat kelak pun khasanah.
robana atina fidunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina adzabannar
واَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Advertisemen