Advertisemen
Seorang pria putus asa, berdiam diri di bar selama satu setengah jam memandangi minumannya.
Seorang pengemudi truk datang dan meneguk minuman hingga habis isi gelas itu. Si pria pemilik minuman langsung menangis.
"Hei....jangan nangis begitu, dong!" seru si pengemudi truk.
"Aku cuma bercanda saja kok tadi. Aku belikan minuman lagi, deh!" hibur pengemudi truk.
"Nggak usah. Ini adalah hari terburuk dalam hidupku. Pertama, aku telat ke kantor. Bosku marah besar, aku dipecat. Pas mau pulang, ternyata mobilku dicuri orang. Ketika naik taksi, dompetku ketinggalan di dalamnya. Sampai rumah, istriku tidur dengan sopir. Aku minggat ke bar ini. Ketika aku mau bunuh diri, kau muncul dan meminum semua minuman beracun milikku"
He he he bercanda. Tapi emang kita semua tahu bahwa putus asa, ngambek, mutung, mencerca karena sudah tak ada lagi harap adalah penyakit bahaya dalam jiwa seseorang, ia-nya bisa membuat seseorang jadi serba negatif dalam pikir dan tindak. Betul?
Sekarang bayangkan betapa berlipat bahayanya itu bila mengidap kelompok - kelompok masyarakat.
Ini persis terjadi pada sebuah Negeri. Nyaris semua masyarakat di Negeri tersebut sudah gak naruh harap lagi pada pemerintahnya. Jadi isinya mencerca dan mencerca.
Pertanyaanya apakah dengan mencerca bisa merubah takdir/keadaan?
Perhatikan pesan Nabi:
“Tiada yang bisa menolak takdir (mengubah takdir) Allah, kecuali doa.” (HR. Tirmidzi, Hakim, Ahmad, dan Ibnu Majah)
Ok, sekarang bayangkan bila jutaan masyarakat tersebut beralih dari mencerca menjadi mendoa. Langit Negeri yang sudah keruh dengan cercaan disapu oleh pasukan - pasukan doa. Harapan tumbuh kepada Sang Pengabul doa: Alloh SWT.
Jika tiap abis sholat penduduk Negri tersebut -dimanapun berada- serempak menyisihkan waktu berdoa untuk Negerinya. Maka, tentu Alloh Tahu bagaimana memperhitungkan pejabat yang korup dengan yang tidak. Dia Yang Adil 'bekerja' dengan KuasaNya Yang tak terbatas membenahi benang kusut Negri ini.
Kalau mengkritik? Oh silahkan itu perlu. Tapi ingat! Doainnya harus lebih banyak dari kritikannya. Ya minimal imbanglah.
"DO'A kayaknya sepele tp AJAIB"
"Hei....jangan nangis begitu, dong!" seru si pengemudi truk.
"Aku cuma bercanda saja kok tadi. Aku belikan minuman lagi, deh!" hibur pengemudi truk.
"Nggak usah. Ini adalah hari terburuk dalam hidupku. Pertama, aku telat ke kantor. Bosku marah besar, aku dipecat. Pas mau pulang, ternyata mobilku dicuri orang. Ketika naik taksi, dompetku ketinggalan di dalamnya. Sampai rumah, istriku tidur dengan sopir. Aku minggat ke bar ini. Ketika aku mau bunuh diri, kau muncul dan meminum semua minuman beracun milikku"
He he he bercanda. Tapi emang kita semua tahu bahwa putus asa, ngambek, mutung, mencerca karena sudah tak ada lagi harap adalah penyakit bahaya dalam jiwa seseorang, ia-nya bisa membuat seseorang jadi serba negatif dalam pikir dan tindak. Betul?
Sekarang bayangkan betapa berlipat bahayanya itu bila mengidap kelompok - kelompok masyarakat.
Ini persis terjadi pada sebuah Negeri. Nyaris semua masyarakat di Negeri tersebut sudah gak naruh harap lagi pada pemerintahnya. Jadi isinya mencerca dan mencerca.
Pertanyaanya apakah dengan mencerca bisa merubah takdir/keadaan?
Perhatikan pesan Nabi:
“Tiada yang bisa menolak takdir (mengubah takdir) Allah, kecuali doa.” (HR. Tirmidzi, Hakim, Ahmad, dan Ibnu Majah)
Ok, sekarang bayangkan bila jutaan masyarakat tersebut beralih dari mencerca menjadi mendoa. Langit Negeri yang sudah keruh dengan cercaan disapu oleh pasukan - pasukan doa. Harapan tumbuh kepada Sang Pengabul doa: Alloh SWT.
Jika tiap abis sholat penduduk Negri tersebut -dimanapun berada- serempak menyisihkan waktu berdoa untuk Negerinya. Maka, tentu Alloh Tahu bagaimana memperhitungkan pejabat yang korup dengan yang tidak. Dia Yang Adil 'bekerja' dengan KuasaNya Yang tak terbatas membenahi benang kusut Negri ini.
Kalau mengkritik? Oh silahkan itu perlu. Tapi ingat! Doainnya harus lebih banyak dari kritikannya. Ya minimal imbanglah.
"DO'A kayaknya sepele tp AJAIB"
Cemilah Hikmah oleh Ustadz Riyadh Ahmad
Advertisemen