Advertisemen
Kalau belajar ilmu Balaghah pada Sastra Arab, tentu tidak asing dengan nama Antaroty. Antar, begitu panggilannya, seorang penyair terkenal dan juga sekaligus seorang petarung yang hebat. Meskipun berbadan kecil, ia acapkali mengalahkan petarung-petarung lain yang berbadan besar.
Suatu kali ia ditanya seseorang, "Wahai Antar, apa yang membuat kau selalu menang, mengalahkan lawan-lawanmu, padahal badanmu kecil?"
Antar berkata, "Kau ingin tahu jawabannya. Mendekatlah. Coba gigit jariku dan aku gigit jarimu. Kita saling gigit. Siapa yang paling dapat bertahan."
Orang tersebut lalu menaruh jarinya di mulut Antar dan begitu Antar menaruh jarinya di mulut orang itu. Mereka mulai saling menggigit. Detik demi detik. Menit demi menit. Sampai akhirnya orang itu melepas gigitannya, "Cukup. Cukup."
Suatu kali ia ditanya seseorang, "Wahai Antar, apa yang membuat kau selalu menang, mengalahkan lawan-lawanmu, padahal badanmu kecil?"
Antar berkata, "Kau ingin tahu jawabannya. Mendekatlah. Coba gigit jariku dan aku gigit jarimu. Kita saling gigit. Siapa yang paling dapat bertahan."
Orang tersebut lalu menaruh jarinya di mulut Antar dan begitu Antar menaruh jarinya di mulut orang itu. Mereka mulai saling menggigit. Detik demi detik. Menit demi menit. Sampai akhirnya orang itu melepas gigitannya, "Cukup. Cukup."
Antar tersenyum sambil berkata, "Inilah jawaban dari pertanyaanmu. Aku sebenarnya juga kesakitan, tapi aku tahan, sambil berkata dalam hati, 'Ini sebentar lagi selesai'. Begitu seterusnya yang aku lakukan, sampai tiba-tiba kau menyerah."
Itulah yang dinamakan "ats-tsabaat", yaitu melakukan suatu pekerjaan terus menerus dan ulet dalam berjuang.
Kisah diatas memberikan inspirasi untuk kita semua, bagaimana caranya kita tetap gigih didalam perjuangan.
Kesusahan yang kita rasakan didalam berjuang akan sirna ketika kita melihat kesuksesan ada didepan mata.
Advertisemen